Oleh : Syahid Arsjad
OPINI, EDUNEWS.ID – Dalam pandangan sains, manusia hanyalah salah satu organisme yang hidup di bumi. Manusia tidak lebih dari sejenis binatang primata yang berjalan tegak, dengan volume otak yang lebih besar.
Tak banyak berbeda dengan binatang primata lainnya yang punya hasrat untuk makan dan berkembang biak. Insting untuk mempertahankan diri dan kelompoknya.
Manusia sebagai makhluk biologis semodern apapun tidaklah mulia, ketika hanya memperturutkan nafsu makan dan birahinya. Ketika hanya bekerja untuk mempertahankan hidupnya saja.
Manusia sebagai makhluk biologis tidak akan mampu membentuk peradaban. Volume otaknya yang besar hanya akan melahirkan peperangan dan malapetaka di bumi.
Dalam pandangan Islam, selain sebagai makhluk biologis manusia juga sebagai makhluk spritual. Pada diri manusia ditiupkan ruh ciptaan Tuhan. Dengan ruh, manusia memiliki fitrah kebaikan, mewarisi sifat-sifat mulia dari Tuhan.
Dengan fitrah ini, manusia menjadi lebih mulia dari binatang. Manusia hidup tidak sekedar makan dan birahi, bukan sekadar mengumpulkan kekayaan untuk mempertahankan hidup. Tapi manusia bisa membentuk peradaban, menjadi rahmat bagi sekalian alam, sebagai khalifah di muka bumi.
Pertarungan dalam diri manusia sebagai makhluk biologis vs makhluk spritual senantiasa terjadi sepanjang hidup manusia. Ketika nafsu hewani lebih dominan daripada fitrah manusia, maka manusia bisa lebih rendah dari binatang.
Namun jika kita mampu mengendalikan nafsu hewaniah dan mempertahankan fitrah ruhaniah kita, maka manusia bisa menjadi lebih terhormat dari malaikat.
Dr. Syahid Arsyad, S.T., M.T. Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Wakil Ketua Masika ICMI Orwil Sulsel 2019 – 2024.