Literasi

Membangun Kualitas Guru!

Oleh: Irfan Safari*

Ing Ngarso Sung Tulodo.

Ing Madya Mangun Karso.

Tut Wuri Handayani

(Ki Hajar Dewantara)

OPINI, EDNEWS.ID – Di momentum Peringatan Hari Guru Nasional penulis mempersembahkan selayang pandang dalam membangun kualitas seorang guru. Ada tiga hal yang menjadi indikator kualitasnya pendidikan pertama; kualitas infrastrukturnya, kedua; kualitas Guru/pendidiknya dan kualitas murid/anak didiknya, ketiga hal tersebut haruslah bersinergis dalam membangun pendidikan yang berkualitas.

 

Sebelum memperbincang lebih jauh tentang seorang kita harus memahami apa itu guru?  Guru secara etimologis, istilah guru berasal dari bahasa India yang artinya orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara.

 

Rabinranath Tagore (1986-1941), menggunakan istilah Shanti Niketan atau rumah damai untuk tempat para guru mengamalkan tugas mulianya dalam membangun spiritualitas anak-anak India (spiritual intelligence).

 

Dalam bahasa Arab, guru dikenal dengan al-mua’allim atau al-ustadz yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim (tempat memperoleh ilmu). Dengan demikian, almua’allim atau al-ustadz, dalam hal ini juga mempunyai pengertian orang yang mempuyai tugas untuk aspek membangun spiritualitas manusia.

 

Ki Hajar Dewantara telah merumuskan Asas Guru sebagai landasan dasar dalam membangun kualitas guru  ada 3 Asas yang harus di implementasikan dalam Dunia Pendidikan yang berasal dari bahasa sehingga dapat diartikan bahwa Ing Ngarso Sung Tulodo: Di depan seorang Guru harus dapat memberikan contoh atau Teladan yang baik kepada siswa-siswinya. Ing Madya Mangun Karso: Di Tengah atau bersama-sama dengan Siswa, Seorang guru diharapkan dapat aktif bekerjasama dengan Siswa dalam Usaha mencapai tujuan pendidikan. Tut Wuri Handayani: Di belakang, Seorang Guru harus mampu mengarahkan dan Memotivasi peserta Didik agar dapat mencapai hasil belajar yang optimal.

 

Tingkat berpikirnya seorang guru akan sangat dipengaruhi oleh kualitas guru tersebut baik dalam Kualitas ilmu pengetahuannya, kualitas literasinya, kualitas metodologiknya dalam menerapkan pengajaran dan pembelajaran, kualitas akhlak dan moral, kualitas emosional dan komunikasinya serta kualitas kesadaran kritisnya, hal tersebut merupakan elemen terpenting yang harus dimiliki oleh seorang guru yang dianggap sebagai pelopor dalam mencerdaskan dan membangun kesadaran generasi bangsa oleh karena itu kualitas guru haruslah terpenuhi.

 

Mayoritas guru hari ini lebih disibukkan dengan mengejar tunjangan, dan sertifikasi guru yang sedang disalurkan oleh pemerintah meskipun hal ini baik sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan guru tetapi disisi yang lain terkadang guru lebih disibukkan dengan mencari cara untuk mendapatkan hal-hal seperti itu bukan lagi melakukan hal-hal yang lebih substansi yakni mendidik dan meningkatkan kualitas dirinya. Dalam meningkatkan kualitas guru tidak harus mengiming-mengiming hadiah atau bahkan memberikan tunjangan, sertifikasi guru dan seterusnya seperti apa yang dilakukan oleh pemerintah tapi yang paling terpenting adalah membangun kualitas gurunya.

 

Lalu pertanyaan kemudian kualitas yang seperti apa yang harus dibangun  oleh seorang guru dalam membangun generasi bangsa dalam pandangan seorang penulis yang harus dibangun oleh seorang guru yaitu:

 

Kualitas ilmu pengetahuannya

Untuk menjadi Seorang guru harus ditopang oleh ilmu pengetahuannya ataupun berwawasan luas sehingga seorang guru tersebut mampu menyampaikan ilmunya secara komprehensif, kecerdasan, kebijaksanaan dan kemahiran seorang guru terletak sejauh mana kualitas ilmu pengetahuannya, ilmu pengetahuan akan hadir ketika seorang guru tersebut giat dalam belajar, menjadikan segala aktivitasnya adalah sebuah proses dalam membangun kualitas ilmu pengetahuan dan dirinya.

 

Seorang guru jangan cepat merasa puas dengan ilmu yang diperolehnya tetapi guru harus terus belajar untuk mengupgrade ilmu pengetahuannya. Seorang guru harus kreatif dan inovatif dalam mencari dan menemukan ilmu pengetahuan yang baru agar pikiran-pikiran seorang guru diupgrade.

 

Kualitas literasinya seorang guru

Sebelum memperbincangkan lebih jauh apa itu literasi? Literasi mungkin telah menjadi istilah yang familiar bagi banyak orang. Namun tidak banyak dari mereka yang memahami makna dan definisinya secara jelas. Sebab memang Literasi merupakan sebuah konsep yang memiliki makna kompleks, dinamis, terus ditafsirkan dan didefinisikan dengan beragam cara dan sudut pandang. Berangkat dari sini, maka perlu kiranya diuraikan apa sebenarnya makna dari Istilah Literasi itu.

 

Menurut kamus online Merriam-Webster, Literasi berasal dari istilah latin ‘literature’ dan bahasa inggris ‘letter’. Literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih dari itu, makna literasi juga mencakup melek visual yang artinya “kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan secara visual (adegan, video, gambar).”

Baca Juga :   Narkoba di Lutim: Antara Penegakan Hukum atau Permainan Penegak Hukum

 

National Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai “kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.” Definisi ini memaknai Literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi Literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu.

 

2 hal yang menjadi Kelemahan utama dari seorang guru adalah ketika dihadapkan dengan intensitas membaca dan menulis.

 

Kenapa sangat perlu untuk kualitas literasinya karena seorang guru selain sebagai seorang pengajar, guru juga harus mampu bertutur, berdemostrasi, dan bernarasi Sehingga sangat pentinglah seorang guru harus memiliki kecakapan dalam hal berliterasi.

 

Kualitas Metodologik

Kualitas Metodologik merupakan kesadaran dalam merancang berbagai metodologi misalnya seorang guru harus kreatif dan variatif dalam menerapkan berbagai metodologi pengajaran dan pembelajaran sehingga guru tidak cnderung monoton dalam hal memberikan pengajaran dan pembelajaran salah satu contohnya metodologi yakni metodologi demonstrasi, naratif dan transformatif dan masih banyak lagi metodologi yang lainnya.

 

Kualitas akhlak dan Moral

Etika, estetika dan perilaku atau dalam istilah agama dikatakan sebagai cakupan akhlak seorang guru akan menjadi cerminan ataupun teladan untuk anak didiknya karena setiap yang dilakukannya baik tutur kata dan tindakannya akan ditiru dan akan diikuti oleh anak didiknya sehingga seorang guru haruslah menjaga dan menghindari agar tidak berimplikasi pada anak didiknya. Menurut Buya Hamka Moral diartikan sebagai suatu persediaan yang telah ada dalam batin manusia dan dapat menimbulkan perangai atau tingkah laku dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran dan penelitian lebih lama. Terutama membangun moral terpuji dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak-anak didiknya, sehingga dari moral terpuji tersebut seorang guru dapat menjadi teladan untuk anak-anak didiknya sehingga guru tersebut disegani dan dihormati.

 

Kualitas emosional dan komunikasi

Seorang guru memiliki peran penting dalam membangun kualitas emosional dengan anak didiknya sebab guru adalah orang tua kedua murid di sekolah. Ketika anak-anak didk yang jauh dari kedua orang tuanya selama hampir seharian anak didik berada di sekolah. Seorang guru harus menjadi keluarga yang nyaman, bahagia dan menggembirakan untuk anak didik.

 

Komunikasi merupakan langkah dialogis dalam berinteraksi antara seorang guru dan anak didiknya. Komunikasi yang baik akan menentukan jalan tidaknya proses-proses disekolah misalkan ketika ada masalah yang dihadapi oleh murid, seorang guru harus mampu menyelesaikannya.  Kenapa akhir-akhir ini banyak terjadi kriminalitas terhadap anak didik dan seorang guru disebabkan hubungan emosional dan komunikasi guru yang tidak bagus.

 

Kualitas Kesadaran Kritis

Guru tidak hanya melakukan proses pengajaran dan pembelajaran tetapi haruslah kritis dalam memandang setiap persoalan yang dihadapi oleh anak didiknya.

 

Kesadaran kritis bersifat analitis sekaligus praksis. Seseorang itu mampu memahami persoalan anak didik  mulai dari pemetaan masalah, identifikasi serta mampu menentukan unsur-unsur yang mempengaruhinya. Disamping itu ia mampu menawarkan solusi-solusi alternatif dari suatu problem anak didik.

 

Seorang guru harus kritis dalam menilai kualitas anak didiknya terutama perkembangan anak didik, potensi anak didik, kemampuan anak didik sehingga pemetaan ataupun penggalian potensi berdasarkan pada bakat dan minatnya, seorang guru harus mampu memahami sikap, tindakan dan mentalitas anak didiknya.

 

Masa depan Bangsa dan umat terletak pada kualitas pendidik-pendidiknya baik yang berada dalam dunia pendidikan formal maupun dalam dunia pendidikan nonformal sebab merekalah yang akan mencetak generasi-generasi yang unggul dalam membangun dan memajukan bangsa ini oleh karena kualitas niscaya adanya tanpa itu bangsa ini akan mengalami krisis generasi yang tiada akhirnya.

 

Irfan Safari. Pengamat Pendidikan dan Aktivis Islam.

 

Referensi:

http://nufikhaashari.blogdetik.com/2012/11/30/asas-guru-menurut-rumusan-ki-hajar-dewantara

http://infodanpengertian.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-guru-menurut-para-ahli.html

Mukani, Dinamika Pendidikan Islam, Madani (Kelompok Intrans Publishing) Wisma Kalimetro, Malang 2016.

Edunews.

Kirim Berita

Kirim berita ke email : [email protected][email protected]

ALAMAT

  • Jl. TB Simatupang, RT.6/RW.4, Jati Padang, Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540 Telepon : 021-740740  – 0817 40 4740

__________________________________

  • Graha Pena Lt 5 – Regus Jl. Urip Sumoharjo No. 20, Makassar Sulawesi Selatan 90234 Telepon : 0411 366 2154 –  0811 416 7811

Copyright © 2016-2022 Edunews.ID

To Top
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com