JAKARTA, EDUNEWS.ID – Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah dinilai Pakar Ekonomi dari Universitas Airlangga (Unair) Wisnu Wibowo akan menimbulkan aksi spekulasi para eksportir atau pelaku bisnis atas keuntungan yang mereka peroleh.
Misalnya dengan menimbun dolar atau menahan devisa hasil ekspor di luar negeri. “Nah, hal itu tentu akan memperberat tekanan terhadap rupiah,” ungkapnya, Rabu (25/4/2018). Seperti diketahui, saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hampir menyentuh Rp14.000.
Menurutnya, dibutuhkan kebijakan khusus yang mengatur agar para eksportir tidak menahan devisa hasil ekspor di luar negeri, tetapi harus segera masuk ke dalam negeri.
“Saya pikir seharusnya sudah ada ketentuan menyangkut hal tersebut, karena kalau dolar ditahan di luar negeri, maka pasokan dolar di dalam negeri akan semakin tipis. Semakin berkurang dan sedikit, maka harga dolar akan semakin meningkat,” tuturnya.
Dalam situasi seperti ini, lanjut Wisnu, langkah yang seharusnya dilakukan adalah menambah pasokan dolar di dalam negeri. Salah satunya adalah memanfaatkan hasil dari ekspor. “Kalau hasil ekspor ditahan dan tidak segera masuk ke pasar domestik, dolar akan menjadi semakin menguat, rupiah pun akan melemah,” terangnya.
Apa yang diungkapkan Wisnu senada dengan gagasan yang dituangkan Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo dalam akun twitternya @Hary_Tanoe, Selasa 24 April 2018. “Eksportir jangan menimbun dolar di luar negeri. Bantu penguatan nilai tukar rupiah,” tulisnya.
Rupiah Ambruk, Jangan Sandera Hasil Ekspor di Luar Negeri
By
Posted on