JAKARTA, EDUNEWS.ID – Direktur Eksekutif Indef, Enny Sri Hartati, menjelaskan utang itu harus menghasilkan sesuatu yang produktif, yang bisa dilihat dari pertumbuhan ekonomi.
Utang yang produktif itu tak hanya memenuhi aspek likuiditas, seperti kemampuan membayar bunga dan cicilan, tapi juga bisa memberikan pertumbuhan ekonomi yang produktif dan berkualitas karena ada tambahan investasi.
“Jadi kalau kita utangnya 100, uang 100 itu harus menghasilkan pendapatan berkali lipat atau produktif, baru bisa sustainable membayar bunga dan cicilan tanpa mengganggu cashflow kita,” papar dia.
Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia, Salamuddin Daeng, mengatakan mengukur kesehatan ekonomi dengan membandingkan utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) seperti halnya negara-negara maju sebenarnya tidak relevan. Pemerintah mengatakan saat ini indikator rasio utang pemerintah masih dalam level aman yakni sebesar 29,24 persen terhadap PDB.