Hukum

Ini Alasan Jerinx Sebut IDI ‘Kacung WHO’

I Gede Ari Astina alias Jerinx

DENPASAR, EDUNEWS.ID – I Gede Ari Astina alias Jerinx telah memenuhi panggilan petugas polisi Polda Bali terkait laporan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bali, Kamis (6/8/2020). Drummer band punk Superman Is Dead ini diperiksa terkait unggahan di akun media sosial Instragram-nya yang menyebut IDI sebagai ‘Kacung’ WHO.

Setelah pemeriksaan, kepada wartawan, Jerinx kemudian menjelaskan alasannya mengkritik IDI terutama untuk prosedur tes cepat (rapid test) risiko infeksi virus corona (Covid-19). Ia mengaku menilai prosedur rapid test seolah-olah dipaksakan pemerintah, khususnya rumah sakit dan dokter.

Jerinx menegaskan unggahannya di Instagram adalah pertanyaan kepada IDI dan berharap mendapatkan jawaban dan kejelasan terkait hal tersebut.

“Alasan saya menulis itu adalah akumulasi perasaan empati saya. Kasihan saya kepada rakyat soal prosedur rapid sementara rapid itu tidak akurat. Itu diperkuat oleh pernyataan banyak ahli,” kata Jerinx di Mapolda Bali, Denpasar.

Ia mengatakan, perhimpunan rumah sakit Indonesia pada April lalu sudah mengeluarkan surat edaran yang melarang kewajiban rapid test sebagai syarat layanan kesehatan.

“Jadi sebenarnya RS sudah ada regulasi untuk rakyat yang dipaksa rapid. Tapi, fakta di lapangan berbeda,” tutur Jerinx.

Selama masa pandemi, Jerinx mengaku gelisah membaca berita di media massa maupun media sosial. Ia tak tahan melihat banyak masyarakat yang dipersulit oleh prosedur tes cepat.

“Jadi itu akumulatif dari sebelum saya unggah. Sampai ada meninggal tidak ditangani serius. Belum lagi laporan-laporan dari netizen. Ya itu kalau dikumpulkan sejak pandemi ini mungkin jumlahnya sudah ribuan laporan masuk ke DM [direct message] IG [Instagram] saya,” ucap Jerink.

Berbagai pihak menanggapi beragam tentang sepak tentang Jerinx selama pandemi ini. Banyak yang menyayangkan, tak sedikit juga yang memberi dukungan.

Terlepas dari kontroversi yang ditimbulkan, Jerinx mengaku dirinya sebagai anak jalanan yang besar dengan budaya berbahasa ceplas-ceplos. Meski demikian, ia menegaskan tidak pernah memiliki maksud kasar atau menyakiti perasaan pihak-pihak tertentu.

Baca Juga :   Kemenkopolhukam Bentuk Tim Khusus Tangani TPPO Mahasiswa di Jerman

“Kultur saya kan lebih banyak di jalan. Belum lagi profesi saya sebagai musisi, ya saya merasa lebih bebas, lebih merdeka dalam berpendapat atau beropini. Terkait kasar, balik lagi ke masalah persepsi, jika saya berkata A, tapi bagi orang lain itu kasar, padahal yang saya katakan itu biasa saja dalam dunia saya. Tapi apa pun tanggapannya, yang penting jangan lupakan apa esensi substansi yang saya katakan,” ujar dia.

cnn

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Edunews.

Kirim Berita

Kirim berita ke email : [email protected][email protected]

ALAMAT

  • Jl. TB Simatupang, RT.6/RW.4, Jati Padang, Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540 Telepon : 021-740740  – 0817 40 4740

__________________________________

  • Graha Pena Lt 5 – Regus Jl. Urip Sumoharjo No. 20, Makassar Sulawesi Selatan 90234 Telepon : 0411 366 2154 –  0811 416 7811

Copyright © 2016-2022 Edunews.ID

To Top
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com