JAKARTA, EDUNEWS.ID-Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut tak ada pandemi yang berakhir hanya dalam waktu satu tahun. Ia pun mengatakan semua pandemi mengajarkan kita untuk merubah perilaku menjadi lebih sehat.
“Yang namanya pandemi nggak ada yang selesai satu tahun, nggak ada. Selesai 5-10 tahun,” kata Menkes dalam webinar UI, Kamis (25/3/2021).
Dalam pemaparannya, Menkes memberi contoh kasus polio yang sudah muncul sejak tahun 20 tahun lalu yang menjadi pandemi. Sampai saat ini virus penyebab polio belum juga hilang sepenuhnya walau sudah bisa dikendalikan dengan berbagai upaya pencegahan.
“Nggak ada pandemi yang hilang satu tahun, itu nggak ada. Nanti dia berubah menjadi epidemi, jadi harus ada perubahan perilaku,” tegasnya.
Belajar dari pandemi sebelumnya
Menurut Menkes, pandemi umumnya menuntut kita untuk mengubah perilaku. Misalnya, saat pandemi Black Death pada abad ke-14 di Eropa, yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis yang dibawa oleh kutu pada tikus, untuk mengurangi penularannya masyarakat ramai-ramai mengubah kebiasaannya.
“Akhirnya keluar sabun cuci tangan, harus gosok gigi. Dulu di tahun 1500-an itu orang belum cuci tangan, nggak gosok gigi. Ini perubahan perilaku manusia,” lanjutnya.
Selanjutnya, ketika penyakit HIV (human immunodeficiency virus) menyebar juga kita dituntut untuk merubah perilaku, yakni tidak boleh sembarangan melakukan hubungan seks.
“Nah ini sama, jadi pandemi (COVID-19) ini menuntut perubahan perilaku mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker,” ujarnya.
Bersiap untuk pandemi berikutnya
Menkes meminta Indonesia untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi pandemi berikutnya, yang kemungkinan akan kembali terjadi. Untuk itu segala macam strategi pertahanan dalam kesehatan harus dipersiapkan. Misalnya, masyarakat harus adaptif dalam menerapkan protokol kesehatan.
“Nggak ada jaminan SARS-CoV-3, SARS-CoV-4 nggak datang lagi. Bisa 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, It is our responsibility not to repeat the same mistake. Harus bangun ketahanannya dari sekarang,” jelasnya.
Tak hanya itu, ia juga mengatakan pengembangan vaksin di dalam negeri juga harus lebih digalakkan. Indonesia harus mampu membuat dan memproduksi vaksin dengan teknologi yang baru.
“Harus bangun sistem ketahanannya dari sekarang, untuk anak kita, untuk cucu kita dan tanggung jawab kita untuk generasi Indonesia sesudah kita, agar jangan kena seperti sekarang, matinya hingga ratusan ribu bahkan jutaan,” pungkasnya.