Internasional

Virus Corona Picu Resesi Global

JAKARTA, EDUNEWS.ID– Wabah virus corona telah memicu ketakutan yang luar biasa para investor di pasar keuangan. Pandemi ini dapat membuat dunia resesi.

Dilansir dari CNN Business, Selasa (10/3/2020), tanda-tanda resesi global terlihat seperti keputusan Italia untuk menentukan sebagian besar kota di bagian utara termasuk ibu kota keuangannya, Milan, pada status semi-lockdown. Hal lain yang mendukung resesi adalah meningkatnya wabah di Amerika Serikat dan jatuhnya harga minyak.

Para ekonom pun dipaksa untuk melakukan koreksi atas prediksinya terhadap perekonomian global. Diperhitungkan seberapa besar dampak penyebaran virus terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebagian besar meyakini adanya kontraksi di kuartal pertama dan kedua tahun ini.

Ekonomi di PIMCO, Joachim Fels, menilai kemungkinan adanya resesi di Amerika Serikat dan Eropa. Sementara Jepang kemungkinan besar saat ini sudah mengalami resesi.

“Dalam pandangan kami, yang terburuk bagi perekonomian masih akan datang selama beberapa bulan ke depan,” kata Fels.

Lalu apa yang bisa memicu resesi global?

Virus corona memaksa orang untuk tinggal di rumah dan menghindari perjalanan, memangkas permintaan untuk tiket penerbangan, kamar hotel dan makan dk restoran. Pada saat yang sama, penghentian operasi pabrik di China dan di tempat lain, dan kekhawatiran akan lebih banyak gangguan di bagian lain dunia, telah mengganggu rantai pasokan dunia.

Semakin lama pandemi berlangsung, dan semakin dramatis upaya untuk mengatasinya, semakin besar pengaruhnya bagi perekonomian global. Saat ini, situasinya sangat tidak pasti.

“Panjang dan dalamnya kontraksi ekonomi global sangat tergantung pada apakah petugas kesehatan dapat memperlambat penyebaran virus melalui peningkatan pengujian, pembatasan pertemuan massal, dan karantina orang yang terinfeksi,” kata Kepala Ekonom Goldman Sachs, Jan Hatzius.

Baca Juga :   Tindaklanjuti Perkembangan Proyek Kereta Api, Jurnalis Kesulitan Temui Kepala BPN Makassar

Cina, adalah negara yang terpukul paling keras oleh wabah ini. Sepanjang Februari kemarin aktivitas negaranya terganggu dan membuat negara itu mengalami kontraksi ekonomi pertama sejak 1970-an.

Tetapi ketika jumlah kasus virus corona secara global naik di atas 100.000, dan pemerintah negara lain di luar China mengumumkan lebih banyak pembatasan, para ekonom mulai mempertimbangkan tekanan yang lebih parah terhadap ekonomi global.

Kepala Ekonom Capital Economics, Neil Shearing, melihat adanya resesi yang tajam tapi mungkin dalam jangka pendek sebagai skenario terburuk untuk saat ini. Itu bisa berubah dengan cepat.

Sementara Kepala ekonom Morgan Stanley, Chetan Ahya mengatakan pertumbuhan global akan mengalami kejutan yang cukup besar pada paruh pertama tahun 2020.

Pertumbuhan PDB, perkiraan Morgan Stanley, akan turun ke tingkat tahunan 2,3% sebelum pulih menjadi 3,1% dalam enam bulan berikutnya, didorong oleh stimulus dari pemerintah dan bank sentral.

Tetapi Ahya memperingatkan, jika wabah virus corona menjadi lebih luas, melampaui April dan merugikan perusahaan lebih dari yang diperkirakan sebelumnya, ekonomi global akan memasuki resesi. Dalam hal ini, Amerika Serikat, Eropa dan Jepang akan mengalami resesi, atau dua perempat kontraksi berturut-turut, katanya.

Meski begitu, resesi yang disebabkan oleh virus corona akan terlihat sangat berbeda dari krisis keuangan 2008. Pemulihan akan terjadi ketika rumah tangga dan bank perlahan-lahan kembali ke jalurnya. Sementara itu, coronavirus crunch, diharapkan memberi jalan bagi rebound cepat setelah wabah dikendalikan

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Edunews.

Kirim Berita

Kirim berita ke email : [email protected][email protected]

ALAMAT

  • Jl. TB Simatupang, RT.6/RW.4, Jati Padang, Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540 Telepon : 021-740740  – 0817 40 4740

__________________________________

  • Graha Pena Lt 5 – Regus Jl. Urip Sumoharjo No. 20, Makassar Sulawesi Selatan 90234 Telepon : 0411 366 2154 –  0811 416 7811

Copyright © 2016-2022 Edunews.ID

To Top
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com