Malam ini tenggelam di mataku, melepas nyanyian bisu.
Kecemasan menaklukkan ketakutan, detak sunyi lebih nyaring dari sendu.
Kubiarkan aku dipeluk mimpi, kutorehkan pena asa menyulam nyiur.
Memandangmu, kulafalkan doa di awal hari, berharap. Esok bukan mimpi.
Kamu tak pernah terhenti, berputar melintang waktu. Sajakpun kamu abaikan.
Kamu harus terus berlalu, aku di sini bersimpuh menunggu waktuwaktumu yang tepat.
Ada keinginan yang akan berwujud, ketubang kata meleleh menanti anak yang akan terlahir.
Mungkin itu Harapan, atau kematian sari pati darah.
Jejak rupa kupoles, biar aku dikata air murni. Usaha di sabang hari, elok mata air yang berseri.
Tak ada keinginan paling besar, kecuali berdiri di atas angin.
Detak-detakmu menjatuhkanku, di rimbung bulu yang basah.
Aku takut kehilangan, esok hari. Di mana aku tidak bisa menemukan katakata.
Mungkin, itu kematianku. Di saat kamu berhenti bersiul.
*Sampean
